I. PENDAHULUAN
Pembelajaran
dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar
belajar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya
membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin nampak dari tindakan
pembelajaran ini adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang mereka tidak
akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2) mempelajari
sesuatu dengan cara yang lebih efisien.
Sasaran
utama ilmu pembelajaran adalah mempreskripsikan strategii pembelajaran
yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar siswa. Ilmu
ini lebih tepat dipandang sebagai ilmu terapan yang menjembatanii teori
belajar dan praktek pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.
Upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan berbagai model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, proses belajar mengajarnya bagaimana dan menggunakan teori pembelajaran yang bagaimana untuk menunjang proses belajar mengajar tersebut.
Suatu
teori dapat digunakan untuk mensistematikan penemuan-penemuan
penelitian dan memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya
tidak saling berhubungan. Kompleksnya perilaku yang diperlihatkan oleh
seseorang dalam satu hari, jika perilaku yang diperlihatkan oleh satu
kelas adalah mengejutkan. Suatu proses belajar mengajar akan berjalan
dengan baik apabila dalam proses belajar tersebut menggunakan
teori-teori belajar yang tepat digunakan sesuai dengan karakteristik
siswa. Diantara teori-teori belajar yang dapat digunakan adalah teori
belajar Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan taksonomi Bloomnya
dimana teori Bloom ini termasuk pada teori Humanistik.
Menurut teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian psikologi belajar.
Menurut teori Humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian psikologi belajar.
Teori
humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses
belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman proses belajar
sebagaimana apa adanya, seperti selama ini dikaji oleh teori-teori
belajar lainnya.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Teori
humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan,
asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi
diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara
optimal. Dengan demikian teori humanistik dengan pandangannya yang
elektrik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkum berbagai teori
belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin
untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.
Selain
Bloom dan Krathwohl yang temasuk dalam teori humanistik, masih banyak
lagi tokoh-tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb
yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”, Honey dan Mumford dengan
pembagian tentang macam-macam siswa, serta Hubermas dengan “Tiga Macam
Tipe Belajar”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Bloom
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Bloom
Selain
tokoh-tokoh di atas, Bloom juga termasuk penganut aliran humanis. Bloom
lebih menekakankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa
belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga
kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.
Melalui
taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada
banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek
pembelajaran. Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu
para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan
dicapai, dengan yang sudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini
pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang program-program
pembelajarannya. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu :
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dll).
b. Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan :
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
c. Afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu :
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
c. Afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu :
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
4) Pengorganisasian(menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
5) Pengamalan ( menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
Adapun suatu taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Ilmu Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Adapun suatu taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Ilmu Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Sistematika
pembagian/penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang
ditentukan sendiri, sebagaimana terjadi dalam kontes perpustakaan, yang
mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad pada nama pengarang,
menurut urutan abjad pada judul buku atau menurut topik/bahan yang
dibahas dalam semua buku.
Klasifikasi
/ taksonomi di tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, yang
dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang orang lain,
disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli belajar,
mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana
dijeloaskan di atas, khususnya dalam ranah kognitif. Meskipun demikian,
nama taksonomi akan tetap dipertahankan.
Adapun penjelasan masing-masing ranah adalah sebagai berikut :
a. Ranah Kognitif
Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Pemahaman, mencangkup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu; seperti dalam grafik.
Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Pemahaman, mencangkup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu; seperti dalam grafik.
Penerapan,
mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja
pada suatu kasus / problem yang konkret dan baru. Adanya kemampuan
dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi
atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru, karena
memahami suatu kaidah belum tentu membawa kemampuan untuk menerapkannya
terhadap suatu kasus atau problem baru.
Analisis,
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian,
sehingga terstruktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan
bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan
hubungan / relasi antara semua bagian itu. Karena sekaligus harus
ditangkap adanya kesamaan dan adanya perbedaan antara sejumlah hal.
Sintesis,
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu
bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu
rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian
ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman dalam
memberikan ceramah dan lain sebagainya. Karena dituntut kriteria untuk
menemukan pola dan struktur organisasi.
Evaluasi,
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang
berdasarkan criteria tertentu. Kemampunan itu dinyatakan dalam
memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap
penggunaan kandungan berdasarkan norma moralitas atau pernyataan
pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat tidaknya
perumusan suatu TIK , berdasarkan criteria yang berlaku dalam perumusan
TIK yang baik.
b. Ranah Afektif
Penerimaan,
mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan
yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan
sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis atau
mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun,
perhatian itu masih pasif.
Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang di sajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring suatu bacaan yang ditunjuk atau menunjukkan minat dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.
Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang di sajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring suatu bacaan yang ditunjuk atau menunjukkan minat dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.
Penilaian
/ penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai
dibentuk suatu sikap, menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu
dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap
batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan,
seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan modern
(apresiasi seni) atau mendatangi ceramah disekolah, yang diberikan oleh
astronot Indonesia yang pertama. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya
sekali saja, tetapi diulang kembali bila kesempatannya timbul. Dengan
demikian, nampaklah adanya suatu sikap tertentu.
Organisasi,
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
dan pandangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima
ditempatkan pada suatu skala nilia, mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan
dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk
keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu
negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan
belajar, minat dan cita-cita hidup.
Pembentukan
pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Orang telah memiliki suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu
sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten selama
kurun waktu cukup lama.
Kemampuan
itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang, seperti
mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar / bekerja, tugas membina
kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas menjaga kesehatan dirinya
sendiri dan lain sebagainya. Kemampuan yang demikian ini, kiranya sulit
untuk dituangkan dalam suatu TIK, karena mengandung unsur kebiasaan yang
baru dibentuk setelah waktu yang cukup lama.
c. Ranah Psikomotorik
Persepsi,
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang
khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan
(stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada, seperti
dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kenderaan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru urutan gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kenderaan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru urutan gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
Gerakan
yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak
gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota / bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat,
seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara
terkoordinasi.
Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan itu dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan keseluruhan gerak gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangkan kembali.
Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan itu dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan keseluruhan gerak gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangkan kembali.
Penyesuaian
pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
Kreativitas,
mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya sosok yang
berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai
tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam
pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.
Tiga klasifikasi oleh Bloom beserta para penerusnya, juga sub-sub kategori atau jabarannya mensyaratkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan capaian tujuan yang diharapkan.
Dalam penerapannya, masing-masing kemampuan yang menunjukkan hasil belajar dari setiap kategori dan sub kategorinya hendaknya memperhatikan hirarki atau urutan capaian/kemampuan yang diharapkan. Sehingga dalam penerapannya ke dalam strategi pembelajaran harus mempertimbangkan dari segi hirarki kemampuan atau 3 klasifikasi diatas.
Tiga klasifikasi oleh Bloom beserta para penerusnya, juga sub-sub kategori atau jabarannya mensyaratkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan capaian tujuan yang diharapkan.
Dalam penerapannya, masing-masing kemampuan yang menunjukkan hasil belajar dari setiap kategori dan sub kategorinya hendaknya memperhatikan hirarki atau urutan capaian/kemampuan yang diharapkan. Sehingga dalam penerapannya ke dalam strategi pembelajaran harus mempertimbangkan dari segi hirarki kemampuan atau 3 klasifikasi diatas.
Sejumlah
penulis/ahli telah menunjukkan beberapa kelemahan yang melekat pada
sistematika ranah kognitif dari Bloom. Beberapa kelemahan ranah kognitif
dari Bloom itu antara lain :
Rincian lebih lanjut terhadap berbagai jenis perilaku mental seperti pengetahuan, analisis dan sintesis kurang memadai.
Terjadi tumpang tindih (over lapping) antara berbagai kategori, dinilai belum terhindar.
Struktur
hirarkis dalam ranah kognitif tersebut belum terbukti signifikan secara
meyakinkan lebih-lebih pada kategori-kategori yang lebih tinggi.
Adanya
urutan hirarkis antara 6 kategori jenis perilaku kognitif itu belum
dapat memberikan ilustrasi yang serba pasti mengenai urutan
dikembangkannya kemampuan-kemampuan internal itu melalui penstrukturan
suatu kurikulum pembelajaran.
Bloom
dalam hal itu hanya menekankan pada hasil belajar sedang proses
pencapaian hasil belajar (saluran/jalur) yang harus dilewati peserta
didik supaya sampai pada hasil (kemampuan internal) tidak di tekankan.
Sehingga
guru belum memperoleh petunjuk mengenai tindakan-tindakan didaktis yang
sebaiknya diambil selama peserta didik terlibat proses belajar (dalam
aktivitas pembelajaran), meskipun sistematika Bloom itu ada dalam ruang
lingkup didaktik. Walaupun demikian, sistematika Bloom banyak bermanfaat
bagi guru khususnya jika akan merumuskan tujuan pembelajaran sebagai
manifestasi dari hasil belajar peserta didik di sekolah (kelas
pembelajaran).
Mengingat tekanan yang diberikan pada perolehan kemampuan di bidang kognitif selama anak belajar di sekolah, dan mengingat tuntutan supaya suatu sistem klasifikasi didasarkan pada hasil penelitian yang meyakinkan, Comte mengusulkan skema klasifikasi yang lain. Skema ini didasarkan pada model tentang inteligensi yang dikembangkan oleh Guilford. Dalam skema itu dibedakan antara kemampuan reproduktif dan produktif.
Mengingat tekanan yang diberikan pada perolehan kemampuan di bidang kognitif selama anak belajar di sekolah, dan mengingat tuntutan supaya suatu sistem klasifikasi didasarkan pada hasil penelitian yang meyakinkan, Comte mengusulkan skema klasifikasi yang lain. Skema ini didasarkan pada model tentang inteligensi yang dikembangkan oleh Guilford. Dalam skema itu dibedakan antara kemampuan reproduktif dan produktif.
Reproduksi meliputi resepsi berdasarkan pengamatan, mengenal kembali
(recognition) dan mengingat (recall). Misalnya, siswa yang menjadi sadar
akan perbedaan bentuk antara sigitiga dan kubus (resepsi); siswa yang
mengenal kembali letak serta bentuk pulau jawa dan pulau bali pada peta
geografi yang tidak diberi nama (recognition); siswa yang menyebutkan
huruf-huruf dalam abjad (recall). Produksi meliputi kemampuan untuk
tidak hanya mengingat sesuatu, tetapi juga menciptakan jawaban sendiri
atas suatu pertanyaan atau menemukan sendiri pemecahan terhadap suatu
problem. Kemampuan produktif nampak dalam tiga macam hasil yang
dibedakan, antara lain :
Hasil
proses berfikir konvergen, yaitu jawaban atau pemecahan sudah pasti,
kerapkali jalur/metode untuk sampai pada jawaban atau pemecahan itu,
juga sudah ditentukan. Misalnya menyelesaikan soal fisika dengan
menerapkan rumus yang sesuai.
Hasil
proses berpikir divergen, yaitu jawaban atau pemecahan belum pasti,
demikian pula jalur/metode untuk sampai pada jawaban atau pemecahan.
Dengan kata lain, terdapat beberapa kemungkinan penyelesaian dan
beberapa kemungkinan dalam hal jalur/metode yang digunakan. Misalnya,
siswa memikirkan sendiri suatu pemecahan terhadap problem kepadatan
penduduk atau menyusun suatu slogan seperti yang disusun oleh orang yang
menemukan slogan “Bir Bintang ini baru bir”.
Hasil berfikir evaluatif, yaitu mengolah dan menilai sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria itu dapat bersifat kriteria
intern, seperti organisme penyusunan harmonis, kelengkapan, ketelitian,
obyektivitas dan validitas data yang disajikan. Kriteria itu juga
bersifat ekstern, seperti kegunaan, efisiensi penggunaan dan lain
sebagainya. Misalnya, suatu buku pelajaran dapat dinilai baik
berdasarkan kriteria intern maupun esktern.
Ketiga
kemampuan produktif juga berkaitan satu sama lain. Kebanyakan proses
berpikir mengandung aspek berpikir konvergen, divergen, dan evaluatif,
sebagaimana yang nampak dari penggunaan jalur / metode pada ketiga macam
berpikir itu.
Adapun metode/jalur itu misalnya :
Membedakan antara hal-hal pokok dan tambahan
Menunjukkan sebab dan akibat
Memisahkan fakta dari pengandaian (hipotesis)
Memisahkan alasan dari kesimpulan
Menemukan kesamaan dan perbedaan
Mengatur, mensistematisasikan, mengklasifikasikan
Menghubug-hubungkan dan menarik kesimpulan
Menerapkan kaidah dan aturan
Mendekati dari berbagai sudut pandangan
Membedakan antara hal-hal pokok dan tambahan
Menunjukkan sebab dan akibat
Memisahkan fakta dari pengandaian (hipotesis)
Memisahkan alasan dari kesimpulan
Menemukan kesamaan dan perbedaan
Mengatur, mensistematisasikan, mengklasifikasikan
Menghubug-hubungkan dan menarik kesimpulan
Menerapkan kaidah dan aturan
Mendekati dari berbagai sudut pandangan
Yang dimaksudkan dengan “informasi” ialah materi/bahan pelajaran yang dihadapi.
(a).
Apersepsi informasi, menemukan data baru dalam materi yang disajikan
melalui resepsi berdasarkan pengamatan, dengan membanding bandingkan.
Misalnya, melihat atau mendengar persamaan dan perbedaan antara ejaan
atau ucapan kata-kata.
(b).
Mengenal kembali informasi, digali dari ingatan hal yang pernah dihafal
dan dipelajari bila disajikan lagi. Misalnya, mengenal kembali bentuk
figur geometris pada bangunan atau gambar.
(c).
Mengingat informasi, digali dari ingatan hal yang pernah dihafal dan
dimasukkan dalam ingatan. Misalnya, menyebutkan sejumlah peristiwa
historis bersama dengan tahun ketika peristiwa itu terjadi.
(d).
Produksi informasi secara interpretativ, menjelaskan, mengartikan,
meringkas atau merumuskan dalam kata-kata sendiri, sesuatu yang baru
saja dipelajari. Misalnya membaca suatu peta geografi dan mengartikan
tanda, warna dan bentuk yang terdapat dalam suatu peta itu, meringkas
secara tepat isi pokok suatu bacaan.
(e).
Produksi informasi secara konvergen, menemukan jawabab atau pemecahan
tepat satu-satunya, dengan menggunakan data, pengertian (konsep), kaidah
dan metode yang pernah dipelajari. Misalnya, menemukan ciri-ciri khas
iklim di daerah tertentu, seperti curah hjan, suhu dan arah angina
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman tentang aneka gejala klimatologis,
tentunya keadaan iklim di daerah itu belum pernah dipelajari.
(f). Produksi informasi evaluatif, memberikan penilaian terhadap sesuatu, berdasarkan criteria atau eksterrn.
2.2 Proses Belajar Mengajar
2.2 Proses Belajar Mengajar
Ranah
psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif
adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni
ranag afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).
Ranah
kognitif, afektif dan psikomotor terdapat dalam teori belajar
humanistic, dimana teori ini dianggap lebih dekat dengan filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi daripada bidang pendidikan, sehingga sukar
menterjemahkan ke dalam langkah-lanngkah yang lebih konkret dan praktis.
Namun, karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka
teori humanistik mampu memberi arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Teori
humanistic akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk
mencapai tujuannya. Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara
sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur,
kondisi belajar yang dipilih diatur dan ditentukan, serta
pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja
berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa.
2.3 Metode
2.3 Metode
Metode
pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar atau
instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali
pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja serta belajar dan
lain-lain. Secara garis besar metode-metode yang digunakan dalam
pembelajaran menurut Bloom adalah metode ceramah, Tanya jawab dan
diskusi serta sistem belajar tuntas.
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada sejumlah perbedaan yang terdapat diantara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam belajar.
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada sejumlah perbedaan yang terdapat diantara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam belajar.
Model
belajar ini dikembangkan oleh Bloom menjadi pola atau prosedur
pengajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada
satuan kelas. Secara operasional guru mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menentukan semu tujuan instruksional yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang khusus.
2. Menjabarkan materi pelajaran.
3. Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang dirangkaikan.
4. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran.
4. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran.
5. Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus.
6. Paling sedikit hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran bersangkutan.
7. Unit pelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan di akhiri dengan memberikan tes formatif.
8. Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelkajaran lain.
2.4 Media
2.4 Media
Heinich, Molenda dan Russel , ada beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain :
1. Media yang tidak di proyeksikan seperti benda nyata, replica dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan, foto-foto, gambar, chart, poster. Media yang tidak di proyeksikan ini masih dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Media yang tidak di proyeksikan seperti benda nyata, replica dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan, foto-foto, gambar, chart, poster. Media yang tidak di proyeksikan ini masih dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a.
Media dua dimensi misalnya bahan cetakan yaitu gambar, chart, poster,
foto dan grafik. Oleh karena itu yang dimaksud dengan media dua dimensi
ialah semua bentuk gambar yang menampilkan suatu objek.
b.
Media tiga dimensi misalnya replika, model dan berbagai simulator.
Media tiga dimensi ada yang murah karena sangat sederhana sehingga media
yang mahal dan canggih karena kerumitan pembuatannya.
2.
Media yang di proyeksikan. Jenis media yang di proyeksikan yang sudah
sangat kita kenal adalah overhead projector (OHP), film slide dan gambar
proyeksi komputer. Media OHP dengan transparansi merupakan salah satu
jenis media visual yang paling banyak digunakan dalam aktivitas
pembelajaran selain papan tulis, OHP digunakan untuk memvisualisasikan
pokok – pokok pikiran utama pembelajaran dengan menggunakan 2 macam
transparansi, yaitu hitam putih, dan transparansi yang dicetak dengan
tinta berwarna.
Media
OHP transparansi dan film slide menayangkan bermacam-macam teks dan
gambar untuk tujuan utama memperjelas substansi konsep yang diajarkan.
Media OHP dan film slide juga dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar baik untuk sekelompok sedang maupun besar.
3.
Media audio. Perkembangan teknologi proyektor saat ini telah
memungkinkan pengajar atau presenter mempresentasikan output komputer,
baik berupa teks, gambar, maupun kombinasi keduanya. Media ini dapat
membuat kualitas belajar memiliki dimensi lain yang sangat kaya dan
menarik apalagi jika dikerjakan dengan serius. Adapun yang dimaksud
dengan media audio adalah audio yang direkam antara lain kaset audio dan
disk audio. Jenis media audio disarankan penggunaannya bagi
pembelajaran yang berkaitan dengan bunyi, suara atau pelajaran bahasa
khususnya.
4.
Media video dan film adalah gambar bergerak yang direkam dalam format
kaset video, VCD dan DVD. Media video dan film sangat inspiratif untuk
mengungkapkan berbagai hal abstrak dalam pembelajaran nilai-nilai
misalnya tentang kebenaran dan keadilan. Pembelajaran yang diisi dengan
penayangan film dengan gambar dan suara mampu menjelaskan gagasan yang
mendalam. Melalui scenario yang ditampilkan dalam film siswa akan lebih
mengenal dan merasakan apa itu kebenaran dan keadilan. Masih banyak
kegunaan lain media video dan film jika digunakan dalam pembelajaran.
Keunggulan itu tidak terlepas dari kemampuan media audio visual untuk
menghadirkan berbagai scenario tertentu yang akan sangat memperkaya
pengalaman belajar.
5.
Komputer. Perkembangan dan kemajuan teknologi komputer telah mengubah
komputer sebagai sarana sekedar komputansi dan pengolahan data (word
processor) menjadi sarana belajar multimedia yang dapat mendesain
ataupun merekayasa sesuatu. Sajian multimedia berbasis komputer dapat
diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai
sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik dan suara dalam
sebuah tampilan yang terintegrasi. Kemajuan teknologi computer dewasa
ini, khususnya melalui program powerpoint sangat memungkinkan memuat
tayangan beragam bentuk gagasan pembelajaran. Tayangan berbagai
informasi dan pesan yang dirancang dalam computer membuat pembelajaran
menjadi efektif.
Kombinasi
computer dengan jaringan internet dan web telah menjadikan proses
belajar sangat kaya dan tanpa batas ruang dan waktu. Internet membuka
akses bagi siapa pun untuk memperoleh berbagai macam informasi termasuk
tentang perkembangan terkini ilmu pengetahuan akademik. Memanfaatkan
internet dan web memberikan kontribusi yang sangat besar manfaatnya bagi
aktivitas guru mempersiapkan materi terkini. Oleh karena itu,
penelusuran internet dan web memungkinkan guru menggali substansi materi
ajarnya secara cepat. Manfaat lain, pembelajaran dengan menggunakan
internet dan web, biasanya biasanya bersifat baru dan terjamin
kemutakhirannya, sesuai dengan kemampuan dan kecermatan guru
mengaksesnya.
6.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana
dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilsn dan kompetensi
tertentu. Sampai saat ini, media ini secara optimal digunakan untuk
berbagai program playstation. Namun, dimasa mendatang bisa juga
digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Masing-masing jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik. Oleh karena itu, harus digunakan secara tepat untuk pencapaian kompetensi pembelajaran. Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak ditentukan berdasarkan kecanggihannya, melainkan terutama pada aspek kreativitasnya.
Masing-masing jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik. Oleh karena itu, harus digunakan secara tepat untuk pencapaian kompetensi pembelajaran. Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak ditentukan berdasarkan kecanggihannya, melainkan terutama pada aspek kreativitasnya.
Daftar Pustaka
Arsyad Azhar, Prof. Dr. 1996. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Budiningsih Iffah, dkk. 2004. Model Pembelajaran. Nurul Jannah. Gorontalo
Budiningsih. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Dimyati dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Media abadi. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar