I. Pendahuluan
Belajar
adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia,
khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak
pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan pendidikan, khususnya bidang psikologi pendidikan.
Begitu
pentingnya pendidikan maka psikologi pendidikan berusaha untuk mengkaji
bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai
perubahan manusia dan bagaimana proses belajar terjadi. Perubahan dan
kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Dengan kemampuan berubah ini, manusia bebas
berekspolarisasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting
dalam hidupnya.
Terdapat
banyak bentuk-bentuk perubahan yang terjadi dalam diri manusia yang
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban
manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia itu belajar. Belajar
juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat
manusia ditengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dulu maju karena belajar.
Akibat
persaingan itupun, kenyataan tragis juga dapat terjadi karena faktor
belajar. Contohnya begitu banyak kejadian dimana orang pintarlah yang
paling banyak mempraktekkan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan
orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi
tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi,
belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat.
Meskipun
terdapat dampak negatif dari hasil belajar, namun kegiatan belajar
memiliki arti penting. Alasannya karena belajar berfungsi sebagai alat
untuk mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan
teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas dapat juga digunakan
untuk membangun benteng pertahanan.
Berdasarkan
uraian di atas, maka kepada guru, seharusnya melihat hasil belajar
siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh,
baik dari segi kognitif, behavioristik (tingkah laku) ataupun
humanistik. Pada makalah ini penulis memilih untuk meninjau teori
belajar dari segi kognitif, beserta metode dan media yang sesuai untuk
pembelajaran sains di sekolah dasar dengan formulasi judul : Teori
Perkembangan Kognitif Menurut Vigotsky Serta Metode dan
Media yang Sesuai Untuk Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana membangun pengetahuan pada anak dalam pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?
2. Metode apakakah yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?
2. Metode apakakah yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?
3.
Media pembelajaran apakah yang sesuai untuk pembelajaran sains
di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Memberikan gambaran tentang membangun pengetahuan pada anak dalam
pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.
2.
Memberikan gambaran metode yang sesuai untuk pembelajaran sains
di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.
3.
Memberikan gambaran tentang media pembelajaran yang sesuai untuk
pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Teori Perkembangan Kognitif I
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Teori Perkembangan Kognitif I
Arti Kognisi dan Tahap Perkembangan Kognitif
1.
Kognisi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar,
kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat.
2.
Seperti halnya komputer, otak manusia juga menerima informasi,
memprosesnya kemudian memberi jawaban. Proses jalannya informasi
tersebut pada manusia disebut kognisi.
3.
Kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pendidikan dan latihan yang
lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan
berfungsinya kedua belahan otak.
Teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang kebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran
ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Menurut
teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses
ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses
yang mengalir, berkesinambungan, dan menyeluruh.
2.2 Pengolahan Informasi dan Proses Eksekutif Metakognisi
2.2 Pengolahan Informasi dan Proses Eksekutif Metakognisi
1.
Para ahli psikologi melakukan pengolahan informasi untuk memahami
bagaimana anak menafsirkan, menyimpan, mendapatkan kembali dan
mengevaluasi informasi.
2.
Metakognitif adalah pengetahuan seorang anak mengenal dan mengendalikan
fungsi kognitif mereka sendiri. Salah satu enis metakognitif adalah
metamemori.
3. Ada 8 proses eksekutif atau fungsi metakognitif yaitu:
a. Formulasi masalah dan kemungkinan pemecahannya.
b. Kesadaran akan proses kognitif yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
c. Aktivitas kaidah dan strategi kognitif.
d. Fleksibilitas yang meningkat.
e. Kontrol atas distraksi dan ansietasi.
f. Pemonitoran atas proses pemecahan masalah.
g. Kesetiaaan dalam pemikiran.
h. Keinginan untuk pemecahan yang bagus.
b. Kesadaran akan proses kognitif yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
c. Aktivitas kaidah dan strategi kognitif.
d. Fleksibilitas yang meningkat.
e. Kontrol atas distraksi dan ansietasi.
f. Pemonitoran atas proses pemecahan masalah.
g. Kesetiaaan dalam pemikiran.
h. Keinginan untuk pemecahan yang bagus.
2.3 Pandangan dan Prinsip Dasar Vygotsky Tentang Perkembangan Kognitif
Vygotsky
mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang
bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada
kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll &
Greenberg, 1990).
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri.
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri.
Teori
Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut sebagai pendekatan
ko-konstruktivisme (proses mengkonstruksi pengetahuan baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya).
Konsep-konsep penting teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang
sesuai dengan teori revolusi-sosiokultural adalah hukum genetik tentang
perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal
(zone of proksimal development), dan mediasi.
Seorang
guru yang berorientasi pada teori kognitif berkeinginan untuk mengubah
pemahaman siswanya, lebih jelasnya sebagaimana tercantum pada tabel
berikut ini.
No Kegiatan Kognitif
No Kegiatan Kognitif
1 Dorongan/motivasi belajar Anak secara aktif mencari pengetahuan
2 Anak Terlatih dengan bakat, minat dan prestasi tertentu
3 Peran guru Sebagai fasilitator agar pertimbangan prestasi anak optimal
4 Hasil belajar Struktur pengetahuan, cara berpikir, cara belajar
Implikasi dari teori kognitif di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, naumun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Membangun Pengetahuan Pada Anak Sekolah Dasar
Implikasi dari teori kognitif di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, naumun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Membangun Pengetahuan Pada Anak Sekolah Dasar
Berdasarkan
uraian pada teori di atas, maka dalam membangun pengetahuan pada anak,
khususnya anak usia sekolah dasar, guru terlebih dahulu harus memahami
inti dari setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena
pengetahuan didapat dari interaksi terhadap lingkungan sekitar. Dalam
membangun pengetahuan pada anak, guru juga harus memperhatikan tahap
perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam
berpikir. Guru harus memiliki keterampilan dalam membangun pengetahuan
sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
Perubahan merupakan proses bukan hasil, oleh karena itu dalam membangun pengetahuan pada anak untuk memahami proses sangatlah sulit, karena diperlukan lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak.
Perubahan merupakan proses bukan hasil, oleh karena itu dalam membangun pengetahuan pada anak untuk memahami proses sangatlah sulit, karena diperlukan lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak.
Misalnya,
jika anak melihat seekor kucing berlari ke belakang pohon, diharapkan
bahwa anak tidak berpikir kucing itu hilang begitu saja, tetapi
diharapkan anak mampu menjelaskan posisi kucing itu sekarang. Artinya
anak juga mampu membuat perbedaan antara tidak ada dengan tersembunyi.
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
3.2 Peran Guru dalam Membangun Pengetahuan pada Anak Sekolah Dasar
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
3.2 Peran Guru dalam Membangun Pengetahuan pada Anak Sekolah Dasar
Pada
usia anak di Sekolah Dasar, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu
pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik yang
bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
Selain
itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan, seperti
belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, membentuk konsep diri
yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta
mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa
itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua,
tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan juga teman-teman.
Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang
peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana pengalaman
belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di
sekitar lingkungan terdekatnya.
Salah
satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah
melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar,
seorang anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal
baru. Belajar dan bermain bagi mereka juga merupakan sarana dalam
mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan bermain dan
belajar mereka akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik
mereka di dalam penyaluran energi yang berlebih. Dengan adaanya kegiatan
belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu
hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya
seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Khusus
mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di
sekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan
pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum. Guru adalah
orang dewasa sangat harus disukai anak. Peran guru sebagai teman, model,
motivator, dan fasilitator akan menjadikan anak senang datang ke
sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermakna.
Inilah yang akan selalu dituntut oleh masyarakat diera pengetahuan
dimana guru menjadi seorang profesional. Ia juga akan dituntut
kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara
intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini
harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
3.3 Metode yang Digunakan pada Pengembangan Kognitif
3.3 Metode yang Digunakan pada Pengembangan Kognitif
Metode
merupakan bagian dari strategi kegiatan. Setiap guru Sekolah Dasar
menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Demikian pula
halnya dengan pembelajaran sains. Harus dipilih metode yang sesuai,
sehingga materi untuk pembelajaran sains yang diajarkan guru mudah
dimengerti oleh siswa. Akan tetapi, sebagai alat untuk mencapai tujuan
tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Oleh karena itu dalam
memilih metode, guru sekolah dasar perlu memiliki alasan yang kuat dan
perlu memperhatikan karakteristik tujuan dan karakteristik anak yang
dibinanya.
Sesuai
dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar cocok digunakan pada
program kegiatan anak sekolah dasar, khususnya untuk mata pelajaran
sains, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak
memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu
perhatian anak relatif singkat.
Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran.
Karateristik dari masing-masing metode sebagaimana yang akan dijelaskan berikut :
Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran.
Karateristik dari masing-masing metode sebagaimana yang akan dijelaskan berikut :
- Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru
memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan
dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
Jenis
tugas yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah tugas
latihan. Davies (dalam Moedjiono dan Dimyati, 1992:69) mengemukakan
bahwa ”Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya” Tugas
latihan diberikan pada jam pelajaran atau diluar jam pelajaran,
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.
Ditinjau
dari teori belajar Vygotsky, maka pemberian tugas yang cocok adalah
pemberian tugas kelompok, dimana siswa belajar bersosialisasi dengan
teman sekelompok, mau berbagi ilmu yang diketahui kepada teman lain, mau
bertanya jika belum mengerti, serta belajar untuk bekerjasama tanpa
terus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya, terlalu
percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga tidak menghargai orang
lain.
Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat dipantau, sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri. Pemeriksaan tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas berikutnya. Jika tugas anak tidak diperiksa sebagaimana mestinya anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.
- Demostrasi
Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat dipantau, sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri. Pemeriksaan tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas berikutnya. Jika tugas anak tidak diperiksa sebagaimana mestinya anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.
- Demostrasi
Metode
demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan
lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang
kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya.
Dalam demonstrasi, guru atau siswa melakukan
suatu proses yang desertai penjelasan lisan.
Dalam
proses pembelajaran sains di sekolah dasar, terkait dengan teori
belajar Vygotsky kegiatan demonstrasi dapat dilakukan dengan
mendemonstrasikan proses perubahan wujud zat secara fisika dan kimia,
secara kimia dengan membakar kertas, guru dapat menunjukkan bahwa dengan
perubahan wujud secara kimia, benda tidak dapat kembali ke bentuk
semula. Sedangkan proses perubahan fisika dapat ditunjukkan dengan
menggunakan es batu, yang nantinya dapat berubah wujud menjadi es, dan
jika didinginkan lagi dapat berubah kembali menjadi es.
- Tanya jawab
- Tanya jawab
Metode
tanya jawab adalah suatu cara menuajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya, baik
secara lisan ataupun tertulis.
Setiap
pertanyaan yang diajukan guru untuk memotivasi aktvitas dan kreativitas
siswa serta untuk menemukan sendiri informasi pengetahuan baru sesuai
dengan tujuan instruksional khusus yang ingn dicapai. Dalam proses
pembelajaran di Sekolah Dasar, seorang guru harus mengajukan pertanyaan
yang merangsang siswa untuk berpikir, jelas dan tidak menimbulkan banyak
tafsiran, singkat dan mudah dipahami oleh siswa, serta disesuaikan
dengan kemampuan berpikir siswa.
Dalam
kaitannya dengan teori belajar menurut Vygotsky, maka proses tanya
jawab yang terjadi hendaknya, melibatkan aktivitas siswa dengan
lingkungannya. Misalnya cara perpindahan panas dengan konduksi, konveksi
dan radiasi. Guru mungkin dapat mengajukan pertanyaan : Apakah sinar
matahari sampai ke bumi memerlukan zat perantara?
- Karyawisata
- Karyawisata
Usman
dan Setiawati (2001:131) mengemukakan bahwa metode karyawisata adalah
suatu cara penyajian pelajaran dengan membawa para siswa langsung kepada
objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat diluar kelas, dengan
bimbingan guru.
Dalam pembelajaran sains di SD, sehubungan dengan teori belajar menurut Vygotsky, metode karyawisata jelas sangat sesuai, karena dengan karyawisata siswa belajar berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk membedakan antara individu, populasi, lingkungan, dan komunitas.
- Bermain Peran
Dalam pembelajaran sains di SD, sehubungan dengan teori belajar menurut Vygotsky, metode karyawisata jelas sangat sesuai, karena dengan karyawisata siswa belajar berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk membedakan antara individu, populasi, lingkungan, dan komunitas.
- Bermain Peran
Salah
satu metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains
di sekolah dasar, sesuai dengan teori belajar Vygotsky adalah bermain
peran. Menurut arti katanya, simulasi berarti tiruan atau suatu
perbuatan yang bersifat pura-pura saja (Ahmadi dan Prasetya, 1997:83)
Dalam
proses pembelajaran, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajan
materi pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan
keadaan sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang suatu konsep,
prinsip, pengetahuan, atau keterampilan tertentu.
Sebagai
contoh dalam pembelajaran sains di SD, yaitu pada materi alat
pernapasan pada hewan. Setiap siswa dapat berpura-pura untuk menjadi
hewan yang biasa ada di lingkungan kehidupannya sehari-hari, kemudian
menjelaskan alat-alat pernapasan dalam bentuk bermain peran di dalam
kelas. Ada yang menjadi burung, ikan, serangga, cacing, ataupun binatang
lainnya. Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengingat alat-alat
pernapasan pada hewan, dibandingkan jika siswa harus menghafalnya.
3.4 Kedudukan media dalam sistem pembelajaran
3.4 Kedudukan media dalam sistem pembelajaran
Sebelum
membahas tentang sistem pembelajaran. Perlu dipahami terlebih dahulu
kata sistem. Sistem adalah Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri
dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai
sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen – komponen
tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.
Masing-masing kompone saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan.
Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunannya.
Setelah
itu guru menentukan alat dan melaksansakannya evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang
telah dilaksanakan. Apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka
kita mengidentifikasi bagian-bangain apa yang mengakibatkannya.
Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana
efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya
3.5 Media Dalam Pengembangan Kognitif
3.5 Media Dalam Pengembangan Kognitif
Media
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk
merangsang daya pikir, perasaan, perhatian, dan kemampuan anak sehingga
media tersebut mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada
diri anak. Pemahaman disini tidak hanya terbatas kepada sarana dan
wahana fisik untuk menyalurkan pesan melainkan juga mencakup pengertian
sumber, lingkungan, manusia, dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembelajaran.
Media
pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai pembelajaran
yang berkualitas tinggi. Media yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, khususnya yang sesuai dengan teori belajar menurut
Vygotsky harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini
banyak diabaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas
pemahaman yang diterima anak.
Dengan
demikian kita bisa memahami pula bahwa media yang digunakan haruslah
mampu membawa anak kepada dunia mereka. Dunia anak adalah dunia bebas
dan murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi,
bermain, dan belajar. Jikapun guru akan mengajarkan belajar baca, tulis
dan hitung bagi siswa maka guru tentu harus melalui kegiatan yang
menyenangkan dan tidak formal sehingga dirasakan sebagai bagian dari
kegiatan bermain. Janganlah hal itu seperti dipaksakan sebab bila hal
itu terjadi maka akan membuat psikis anak menjadi sakit. Anak-anak
Sekolah Dasar perlu belajar secara konstruktif, terus-menerus
mengembangkan kemampuan melalui permainan, melalui hal kongkret yang
dapat dijangkau panca indra anak secara dekat.
Keterlibatan
yang bisa guru lakukan terhadap siswa haruslah berorientasi kepada
kegiatan pemecahan masalah sederhana, pengembangan keterampilan kognitif
seperti bercerita, pengembangan kemampuan mengurus diri sendiri,
menggambar bebas, mensosialisasikan tulisan dengan bunyinya
mendengarkan, dan bergerak bebas. Misalnya saja, Budi yang menggambar
tanpa kita tahu artinya, kita beri kebebasan dia mengekspresikan hasil
gambarnya dengan cerita verbalnya.
Penerapan Media dalam Pengembangan Kognitif Siswa
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Penerapan Media dalam Pengembangan Kognitif Siswa
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi
afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Fungsi kognitif media
visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pengajaran
memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal
Dunia
pendidikan sekolah dasar sangat mengharapkan kehadiran media
pembelajaran yang mampu mengembangkan domain kognitif anak yang bermutu
tinggi. Kehadiran media seperti ini tidak bermakna apapun jika guru
tidak mampu mengembangkan dan menggunakannya secara maksimal. Oleh
karena itulah guru masih memiliki peranan dominan dalam menarik minat
belajar anak serta mendukung perkembangan anak.
Pembelajaran
di sekolah dasar memang membutuhkan berbagai alat peraga, media,
permainan, dan alat bantu lainnya karena memang usia anak sekolah
di sekolah dasar masih membutuhkan hal itu semua. Oleh karena itu guru
sekolah dasar harus lebih kreatif, imajinatif, dan komunikatif dalam
menciptakan atau menemukan berbagai alat permainan dan media untuk anak
mereka.
Dalam
proses pembelaran sains di sekolah dasar media yang sesuai adalah media
yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses
pembelaran. Media yang sesuai antara lain dengan menggunakan buku-buku
yang bergambar menarik, sehingga siswa tertarik untuk belajar, selain
itu dapat menggunakan KIT-KIT yang sesuai untuk demonstrasi-demonstrasi
yang sesuai dengan materi pelajaran sekolah, atau guru dapat menggunakan
media yang tersedia di sekitar lingkungan kelas untuk meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar.
Masalah
aplikasi dalam penggunaan media dan pengajaran di sekolah dasar adalah
masalah yang harus berdasarkan dengan kehidupan yang sesungguhnya dan
harus membantu anak-anak menyadari bahwa pelajaran dan permainan yang
mereka peroleh merupakan satu proses yang berguna dan penting. Apabila
suatu masalah diberikan, anak-anak bisa melihat manfaatnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vygotsky
mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang
bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada
kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll &
Greenberg, 1990)
Membangun
pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun
pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan.
Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai
aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan.
Bermain
antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional,
perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian
maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan
yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa
lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Metode
mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar
ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah:
pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan
bermain peran
Media
yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, khususnya yang
sesuai dengan teori belajar menurut Vygotsky harus berdasarkan asumsi
bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda
memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini banyak diabaikan oleh guru
yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang diterima anak.
4.2 Saran
4.2 Saran
Dalam
proses pembelajaran, guru hendaknya melihat hasil belajar siswa dari
berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh, baik dari
segi kognitif, behavioristik (tingkah laku) ataupun humanistik. Dari
segi kognitif, guru hendaknya dapat memilih metode dan media yang sesuai
dengan perkembangan kognitif anak, sehingga hasil belajar dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Usman Uzer dan Setiawati Lilis. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
DAFTAR PUSTAKA
Usman Uzer dan Setiawati Lilis. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/media-pembelajaran.html
http://www.unisla.ac.id/content/view/20/9
http://www.blogger.com/feeds/8448731080978427505/posts/default
http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/04/kegunaan-media-komunikasi-dalam-pembelajaran
Komentar
Posting Komentar