Langsung ke konten utama

Vigotsky

I. Pendahuluan

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya bidang psikologi pendidikan.
 

Begitu pentingnya pendidikan maka psikologi pendidikan berusaha untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai perubahan manusia dan bagaimana proses belajar terjadi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Dengan kemampuan berubah ini, manusia bebas berekspolarisasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
 
Terdapat banyak bentuk-bentuk perubahan yang terjadi dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia itu belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia ditengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu maju karena belajar.
 
Akibat persaingan itupun, kenyataan tragis juga dapat terjadi karena faktor belajar. Contohnya begitu banyak kejadian dimana orang pintarlah yang paling banyak mempraktekkan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi, belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat.
 
Meskipun terdapat dampak negatif dari hasil belajar, namun kegiatan belajar memiliki arti penting. Alasannya karena belajar berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas dapat juga digunakan untuk membangun benteng pertahanan.
 
Berdasarkan uraian di atas, maka kepada guru, seharusnya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh, baik dari segi kognitif, behavioristik (tingkah laku) ataupun humanistik. Pada makalah ini penulis memilih untuk meninjau teori belajar dari segi kognitif, beserta metode dan media yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar dengan formulasi judul : Teori Perkembangan Kognitif Menurut Vigotsky Serta Metode dan Media yang Sesuai Untuk Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah
 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
 
1. Bagaimana membangun pengetahuan pada anak dalam pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?


2. Metode apakakah yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?
 
3. Media pembelajaran apakah yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
 
1. Memberikan gambaran tentang membangun pengetahuan pada anak dalam pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.
 
2. Memberikan gambaran metode yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.
 
3. Memberikan gambaran tentang media pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan teori belajar Vigotsky.


BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Teori Perkembangan Kognitif I
 
Arti Kognisi dan Tahap Perkembangan Kognitif
 
1. Kognisi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat.
 
2. Seperti halnya komputer, otak manusia juga menerima informasi, memprosesnya kemudian memberi jawaban. Proses jalannya informasi tersebut pada manusia disebut kognisi.
 
3. Kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pendidikan dan latihan yang lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan berfungsinya kedua belahan otak.
 
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang kebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
 
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan, dan menyeluruh.

2.2 Pengolahan Informasi dan Proses Eksekutif Metakognisi
 
1. Para ahli psikologi melakukan pengolahan informasi untuk memahami bagaimana anak menafsirkan, menyimpan, mendapatkan kembali dan mengevaluasi informasi.
 
2. Metakognitif adalah pengetahuan seorang anak mengenal dan mengendalikan fungsi kognitif mereka sendiri. Salah satu enis metakognitif adalah metamemori.
 
3. Ada 8 proses eksekutif atau fungsi metakognitif yaitu:
 
a. Formulasi masalah dan kemungkinan pemecahannya.
b. Kesadaran akan proses kognitif yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
c. Aktivitas kaidah dan strategi kognitif.
d. Fleksibilitas yang meningkat.
e. Kontrol atas distraksi dan ansietasi.
f. Pemonitoran atas proses pemecahan masalah.
g. Kesetiaaan dalam pemikiran.
h. Keinginan untuk pemecahan yang bagus.
 
2.3 Pandangan dan Prinsip Dasar Vygotsky Tentang Perkembangan Kognitif
 
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. 

Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme (proses mengkonstruksi pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya). Konsep-konsep penting teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan teori revolusi-sosiokultural adalah hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zone of proksimal development), dan mediasi.
 
Seorang guru yang berorientasi pada teori kognitif berkeinginan untuk mengubah pemahaman siswanya, lebih jelasnya sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.
No Kegiatan Kognitif
 
1 Dorongan/motivasi belajar Anak secara aktif mencari pengetahuan
 
2 Anak Terlatih dengan bakat, minat dan prestasi tertentu
 
3 Peran guru Sebagai fasilitator agar pertimbangan prestasi anak optimal
 
4 Hasil belajar Struktur pengetahuan, cara berpikir, cara belajar

Implikasi dari teori kognitif di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, naumun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Membangun Pengetahuan Pada Anak Sekolah Dasar
 
Berdasarkan uraian pada teori di atas, maka dalam membangun pengetahuan pada anak, khususnya anak usia sekolah dasar, guru terlebih dahulu harus memahami inti dari setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena pengetahuan didapat dari interaksi terhadap lingkungan sekitar. Dalam membangun pengetahuan pada anak, guru juga harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. Guru harus memiliki keterampilan dalam membangun pengetahuan sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
Perubahan merupakan proses bukan hasil, oleh karena itu dalam membangun pengetahuan pada anak untuk memahami proses sangatlah sulit, karena diperlukan lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak. 

Misalnya, jika anak melihat seekor kucing berlari ke belakang pohon, diharapkan bahwa anak tidak berpikir kucing itu hilang begitu saja, tetapi diharapkan anak mampu menjelaskan posisi kucing itu sekarang. Artinya anak juga mampu membuat perbedaan antara tidak ada dengan tersembunyi.
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.

3.2 Peran Guru dalam Membangun Pengetahuan pada Anak Sekolah Dasar
 
Pada usia anak di Sekolah Dasar, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. 

Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, membentuk konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan juga teman-teman. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana pengalaman belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sekitar lingkungan terdekatnya.
 
Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan bermain dan belajar mereka akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam penyaluran energi yang berlebih. Dengan adaanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
 
Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum. Guru adalah orang dewasa sangat harus disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator akan menjadikan anak senang datang ke sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermakna. Inilah yang akan selalu dituntut oleh masyarakat diera pengetahuan dimana guru menjadi seorang profesional. Ia juga akan dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.

3.3 Metode yang Digunakan pada Pengembangan Kognitif
 
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Setiap guru Sekolah Dasar menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Demikian pula halnya dengan pembelajaran sains. Harus dipilih metode yang sesuai, sehingga materi untuk pembelajaran sains yang diajarkan guru mudah dimengerti oleh siswa. Akan tetapi, sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih metode, guru sekolah dasar perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karakteristik tujuan dan karakteristik anak yang dibinanya.
 
Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar cocok digunakan pada program kegiatan anak sekolah dasar, khususnya untuk mata pelajaran sains, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat.
Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran.
Karateristik dari masing-masing metode sebagaimana yang akan dijelaskan berikut :
 
- Pemberian Tugas
 
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
 
Jenis tugas yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah tugas latihan. Davies (dalam Moedjiono dan Dimyati, 1992:69) mengemukakan bahwa ”Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya” Tugas latihan diberikan pada jam pelajaran atau diluar jam pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.
 
Ditinjau dari teori belajar Vygotsky, maka pemberian tugas yang cocok adalah pemberian tugas kelompok, dimana siswa belajar bersosialisasi dengan teman sekelompok, mau berbagi ilmu yang diketahui kepada teman lain, mau bertanya jika belum mengerti, serta belajar untuk bekerjasama tanpa terus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya, terlalu percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga tidak menghargai orang lain.
Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat dipantau, sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri. Pemeriksaan tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas berikutnya. Jika tugas anak tidak diperiksa sebagaimana mestinya anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.

- Demostrasi
 
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya. Dalam demonstrasi, guru atau siswa melakukan suatu proses yang desertai penjelasan lisan.
 
Dalam proses pembelajaran sains di sekolah dasar, terkait dengan teori belajar Vygotsky kegiatan demonstrasi dapat dilakukan dengan mendemonstrasikan proses perubahan wujud zat secara fisika dan kimia, secara kimia dengan membakar kertas, guru dapat menunjukkan bahwa dengan perubahan wujud secara kimia, benda tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sedangkan proses perubahan fisika dapat ditunjukkan dengan menggunakan es batu, yang nantinya dapat berubah wujud menjadi es, dan jika didinginkan lagi dapat berubah kembali menjadi es.

- Tanya jawab
 
Metode tanya jawab adalah suatu cara menuajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya, baik secara lisan ataupun tertulis. 

Setiap pertanyaan yang diajukan guru untuk memotivasi aktvitas dan kreativitas siswa serta untuk menemukan sendiri informasi pengetahuan baru sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ingn dicapai. Dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar, seorang guru harus mengajukan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berpikir, jelas dan tidak menimbulkan banyak tafsiran, singkat dan mudah dipahami oleh siswa, serta disesuaikan dengan kemampuan berpikir siswa. 

Dalam kaitannya dengan teori belajar menurut Vygotsky, maka proses tanya jawab yang terjadi hendaknya, melibatkan aktivitas siswa dengan lingkungannya. Misalnya cara perpindahan panas dengan konduksi, konveksi dan radiasi. Guru mungkin dapat mengajukan pertanyaan : Apakah sinar matahari sampai ke bumi memerlukan zat perantara?

- Karyawisata
 
Usman dan Setiawati (2001:131) mengemukakan bahwa metode karyawisata adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan membawa para siswa langsung kepada objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat diluar kelas, dengan bimbingan guru.

Dalam pembelajaran sains di SD, sehubungan dengan teori belajar menurut Vygotsky, metode karyawisata jelas sangat sesuai, karena dengan karyawisata siswa belajar berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk membedakan antara individu, populasi, lingkungan, dan komunitas.

- Bermain Peran
 
Salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah dasar, sesuai dengan teori belajar Vygotsky adalah bermain peran. Menurut arti katanya, simulasi berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja (Ahmadi dan Prasetya, 1997:83)
 
Dalam proses pembelajaran, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajan materi pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang suatu konsep, prinsip, pengetahuan, atau keterampilan tertentu.
 
Sebagai contoh dalam pembelajaran sains di SD, yaitu pada materi alat pernapasan pada hewan. Setiap siswa dapat berpura-pura untuk menjadi hewan yang biasa ada di lingkungan kehidupannya sehari-hari, kemudian menjelaskan alat-alat pernapasan dalam bentuk bermain peran di dalam kelas. Ada yang menjadi burung, ikan, serangga, cacing, ataupun binatang lainnya. Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengingat alat-alat pernapasan pada hewan, dibandingkan jika siswa harus menghafalnya.

3.4 Kedudukan media dalam sistem pembelajaran
 
Sebelum membahas tentang sistem pembelajaran. Perlu dipahami terlebih dahulu kata sistem. Sistem adalah Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen – komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing kompone saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan. 

Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunannya. 

Setelah itu guru menentukan alat dan melaksansakannya evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan. Apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-bangain apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya

3.5 Media Dalam Pengembangan Kognitif
 
Media adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian, dan kemampuan anak sehingga media tersebut mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak. Pemahaman disini tidak hanya terbatas kepada sarana dan wahana fisik untuk menyalurkan pesan melainkan juga mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia, dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
 
Media pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas tinggi. Media yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, khususnya yang sesuai dengan teori belajar menurut Vygotsky harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini banyak diabaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang diterima anak.
 
Dengan demikian kita bisa memahami pula bahwa media yang digunakan haruslah mampu membawa anak kepada dunia mereka. Dunia anak adalah dunia bebas dan murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi, bermain, dan belajar. Jikapun guru akan mengajarkan belajar baca, tulis dan hitung bagi siswa maka guru tentu harus melalui kegiatan yang menyenangkan dan tidak formal sehingga dirasakan sebagai bagian dari kegiatan bermain. Janganlah hal itu seperti dipaksakan sebab bila hal itu terjadi maka akan membuat psikis anak menjadi sakit. Anak-anak Sekolah Dasar perlu belajar secara konstruktif, terus-menerus mengembangkan kemampuan melalui permainan, melalui hal kongkret yang dapat dijangkau panca indra anak secara dekat.
 
Keterlibatan yang bisa guru lakukan terhadap siswa haruslah berorientasi kepada kegiatan pemecahan masalah sederhana, pengembangan keterampilan kognitif seperti bercerita, pengembangan kemampuan mengurus diri sendiri, menggambar bebas, mensosialisasikan tulisan dengan bunyinya mendengarkan, dan bergerak bebas. Misalnya saja, Budi yang menggambar tanpa kita tahu artinya, kita beri kebebasan dia mengekspresikan hasil gambarnya dengan cerita verbalnya.

Penerapan Media dalam Pengembangan Kognitif Siswa
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
 
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Fungsi kognitif media visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pengajaran memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal
 
Dunia pendidikan sekolah dasar sangat mengharapkan kehadiran media pembelajaran yang mampu mengembangkan domain kognitif anak yang bermutu tinggi. Kehadiran media seperti ini tidak bermakna apapun jika guru tidak mampu mengembangkan dan menggunakannya secara maksimal. Oleh karena itulah guru masih memiliki peranan dominan dalam menarik minat belajar anak serta mendukung perkembangan anak.
 
Pembelajaran di sekolah dasar memang membutuhkan berbagai alat peraga, media, permainan, dan alat bantu lainnya karena memang usia anak sekolah di sekolah dasar masih membutuhkan hal itu semua. Oleh karena itu guru sekolah dasar harus lebih kreatif, imajinatif, dan komunikatif dalam menciptakan atau menemukan berbagai alat permainan dan media untuk anak mereka.
 
Dalam proses pembelaran sains di sekolah dasar media yang sesuai adalah media yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelaran. Media yang sesuai antara lain dengan menggunakan buku-buku yang bergambar menarik, sehingga siswa tertarik untuk belajar, selain itu dapat menggunakan KIT-KIT yang sesuai untuk demonstrasi-demonstrasi yang sesuai dengan materi pelajaran sekolah, atau guru dapat menggunakan media yang tersedia di sekitar lingkungan kelas untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
 
Masalah aplikasi dalam penggunaan media dan pengajaran di sekolah dasar adalah masalah yang harus berdasarkan dengan kehidupan yang sesungguhnya dan harus membantu anak-anak menyadari bahwa pelajaran dan permainan yang mereka peroleh merupakan satu proses yang berguna dan penting. Apabila suatu masalah diberikan, anak-anak bisa melihat manfaatnya.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990)
 
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. 

Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
 
Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran
 
Media yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, khususnya yang sesuai dengan teori belajar menurut Vygotsky harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini banyak diabaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang diterima anak.

4.2 Saran
 
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh, baik dari segi kognitif, behavioristik (tingkah laku) ataupun humanistik. Dari segi kognitif, guru hendaknya dapat memilih metode dan media yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak, sehingga hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Usman Uzer dan Setiawati Lilis. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo
 
http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/media-pembelajaran.html
 
http://www.unisla.ac.id/content/view/20/9
 
http://www.blogger.com/feeds/8448731080978427505/posts/default
 
http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/04/kegunaan-media-komunikasi-dalam-pembelajaran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hipotesis Penelitian Fisika

A. PENDAHULUAN Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah. Hipotesis memungkinkan kita untuk menghubungkan teori dengan pengamtan, dan sebaliknya pengamatan dengan teori. Dewasa ini penggunaan hipotesis memungkinkan kita dalam usaha mencari pengetahuan, untuk memakai ide-ide para ahli filsafat induktif yang menekankan pengamatan, dan logika para ahli filsafat deduktif yang menekankan penalaran.

Jenis-jenis Penelitian

Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, diantaranya: Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi.

Kontak Kami

NAMA EMAIL PERIHAL KOMENTAR UP LOAD FILE Image Verification Ketik kode di samping : [ Refresh ]