A. Sekilas tentang Jean Piaget
Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896. Dia meninggal di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari pasangan suami istri Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson. Pada usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di Neuchâtel Latin high school,
dia menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir ilmiah yang brilian dari seseorang yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan beberapa ratus artikel. Piaget telah diberi gelar sebagai seorang interaktionis sekaligus sebagai seorang konstruktivis. Ketertarikannya dengan prinsip pengembangan kognisi yang diangkat dari hasil perlakuan melalui training pada ilmu alam dan konsep epistimologi telah mengangkat dirinya menjadi ilmuan sejati. Dia sangat tertarik dengan pengetahuan tentang bagaimana anak-anak hadir untuk mengetahui dunia mereka. Dia mengembangkan teori kognitif dengan betul-betul mengamati perkembangan kognisi anak-anak (beberapa di antara anak tersebut adalah anaknya sendiri). Dengan menggunakan standar pertanyaan sebagai titik awal, dia mencoba mengikuti jalan pikiran anak-anak melalui training dan membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih fleksibel.
Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak yang sifatnya spontan memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka.
Dia malah tidak tertarik dengan mengkaji jawaban benar-salah yang
diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika dan alasan yang
digunakan dalam memberikan komentar itulah yang menjadi perhatian
khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget menyimpulkan
bahwa perkembangan intelektual anak adalah hasil interaksi antara faktor
bawaan sejak lahir dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang.
Anak-anak dapat berkembang secara konstan melalui interaksi dengan
lingkungan di sekitar mereka sehingga pengetahuan dapat dibangun dan
dikonstruksi kembali.
Teori
Piaget tentang perkembangan intelektual merupakan dasar dalam ilmu
biologi. Ginn (2008) mengatakan bahwa Piaget melihat pertumbuhan
kognitif sebagai suatu ekstensi dari pertumbuhan biologis dan diolah
melalui prinsip-prinsip dan hukum yang sama. Piaget juga memandang bahwa
perkembangan intelektual mengontrol setiap perkembangan aspek lain
seperti emosi, sosial, dan moral.
B. Pandangan Jean Piaget tentang Pengembangan Intelektual
B. Pandangan Jean Piaget tentang Pengembangan Intelektual
Untuk
dapat memahami bagaimana pandangan Piaget tentang pengembangan
intektual, berikut ini akan dijelaskan dua kategori (1), tahapan-tahapan
perkembangan intelektual dan (2) bagaimana cara anak itu belajar
mengkonstruksi pengetahuan.
1. Tahapan-tahapan Perkembangan Intelektual
Piaget
telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan
kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara
berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya
bahwa semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan
seperti umur 0 - 2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor
stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah
tahapan preoperational stage, umur 7 - 11 tahun adalah tahap concrete
operation (Marxists, Setiap tahap mempunyai tugas kognitif yang harus
diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak hanya dapat
menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap simbol
terjagi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan
pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan,
hubungan, angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh.
Tahap terakhir adalah tahap penguasaan pikiran (Evans, 1973).
2. Bagaimana Anak itu Belajar
Suatu
komponen terpenting dalam teori perkembangan intektual Piaget adalah
melibatkan partisipasi murid. Artinya bagaimana murid mempelajari
sesuatu sekaligus mengalami sesuatu yang dipelajari tersebut melalui
lingkungan. Pengetahuan bukan semata-mata berarti memindahkan secara
verbal, melainkan harus dikonstruksi dan bahkan direkonstruksi oleh
murid. Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang ingin mengetahui dan
mengkonstruksi pengetahuan tentang objek di dunia, mereka mengalami dan
melakukan tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi
objek itu berdasarkan pemahaman mereka. Karena pengertian mereka
terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan mereka. Murid
harus aktif, dalam pengertian bahwa murid bukanlah suatu bejana yang
harus diisi penuh dengan fakta. Pendekatan belajar Piaget merupakan
pendekatan kesiapan. Pendekatan kesiapan dalam psikologi perkembangan
menekankan bahwa anak-anak tidak dapat belajar sesuatu sampai kematangan
memberikan kepada mereka prasyarat-prasyarat.
Kemampuan
untuk mempelajari konten kognisi selalu berhubungan dengan tahapan
dalam perkembangan intelektual mereka. Dengan demikian, anak yang berada
pada tahapan dan kelompok umur tertentu tidak dapat diajarkan materi
pelajaran yang lebih tinggi dari pada kemampuan umur anak itu sendiri.
Pertumbuhan intelektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi,
akomodasi, dan aquilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan
penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua
proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk
schema. Seperti yang dipahami dalam teori schema, istilah schema
(tunggal) merujuk pada representasi pengetahuan umum. Sedangkan jamaknya
schemata tertanam dalam suatu komponen atau ciri ke komponen lain pada
tingkat abstraksi yang berbeda. Hubungannya lebih mendekati kemiripan
dalam web dari pada hubungan hirarki. Artinya, setiap satu komponen
dihubungkan dengan komponen-komponen lain
Lebih
jauh, yang dimaksud dengan equilibration adalah keseimbangan antara
pribadi seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan
akomodasi. Ketika seorang anak melakukan pengalaman baru,
ketidakseimbangan hampir mengiringi anak itu sampai dia mampu melakukan
asimilasi atau akomodasi terhadap informasi baru yang pada akhirnya
mampu mencapai keseimbangan (equilibrium). Ada beberapa macam
equilibrium antara asimilasi dan akomodasi yang berbeda menurut tingkat
perkembangan dan perbagai persoalan yang diselesaikan. Bagi Piaget,
equilibrasi adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak
inteligensi logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya
C. Kesimpulan
C. Kesimpulan
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut
Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan
(4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses
rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James
Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by
which a person takes material into their mind from the environment,
which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan
akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process of assimilation”
Dikemukakannya
pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak.
2.Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3.Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Komentar
Posting Komentar