Jerome
S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Dari
penelitiannya itu banyak mengandung persepsi manusia, motivasi belajar
dan berpikir.
Dalam mempelajari manusia, ia mengganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi (Dahar, 1989).
Menurut
Budiningsih (2005) Bruner juga seorang pengikut setia teori kognitif
khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai
perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.
3.
Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada
diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang
tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang dikerjakan.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa serat diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep.
6.
Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan proritas yang berurutan salam berbagai situasi.
Bruner
memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh
informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya.
1. Proses Belajar Mengajar
1. Proses Belajar Mengajar
Bruner
mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung
hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah memperoleh informasi baru,
transformasi dan informasi dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Ia juga sering menyebutkan bahwa pandangannya tentang
belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental
(Dahar ,1989).
Adapun
teorinya yang pernah dikemukakan yakni “free discovery learning”.
Menurut teori itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
termasuk (konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan aturan yang ia jumpai dalam kehidupannya. Proses belajar
terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan
bukan ditentukan oleh usia peserta didik (Uno, 2000).
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap yaitu:
1.
Tahap Enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Pada
tahap ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata dan terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Dengan cara
ini dilakukan satu set kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil tertentu.
2.
Tahap Ikonik ialah suatu tahap yang berdasarkan pikiran internal .
pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu
konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Penyajian
ikonik terutama dikendalikan oleh prinsip-prinsip organisasi perseptual
dan oleh transformasi-transformasi secara ekonomis dalam organisasi
perseptual. Penyajian ikonik tertinggi pada umumnya dijumpai pada
anak-anak berumur 5 dan 7 tahun yaitu periode waktu anak sangat
tergantung pada penginderaannya sendiri.
3.
Tahap Simbolik ialah suatu tahap yang penyajian berdasarkan pada sistem
berpikir abstrak, arbitrer dan lebih fleksibel serta menggunakan
kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik menggunakan dibuktikan oleh
kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan
daripada objek-objek, memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep
dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara
kombinatorial.
2. Metode Belajar
2. Metode Belajar
Salah
satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model
dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan
(discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai
degan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar bermakna
dengan arti seperti diberikan di atas, merupakan satu-satunya macam
belajar yang mendapat perhatian Bruner.
Bruner
menyatakan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan
prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.
Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, dengan
cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer
yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif
seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga,
secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemempuan untuk berfikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan
melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Selanjutnya
dikemukakan, bahwa belajar penemuan, membangkitkan keingintahuan siswa,
memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban.
Lagi pula pendekatan in dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta para siswa
untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima
saja.
Bruner
menyadari, bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu, karena
itu dalam bukunya “The Relevance of Education (1971), ia menyarankan
agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas
tertentu, yaitu dengan mangarahkannya pada struktur bidang studi.
Struktur
suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan
prinsip-prinsip dari bidang strudi itu. Bila seorang siswa telah
mengusai struktur dasar, maka kurang sulit baginya untuk mempelajari
bahan-bahan pelajaran lain dalam bidag studi yang sama, dan ia akan
lebih mudah ingat akan bahan baru yang bermakna, yang dapat digunakannya
untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu,
dan dengan demikian dapat memahami hal-hal yang mendetail.
Menurut
Bruner, mengerti struktur suatu bidang studi adalah memahami bidang
strudi itu sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan hal-hal lain
pada struktur itu secara bermakna. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
mempelajari struktur adalah mempelajari bagaimana hal-hal dihubungkan.
Teori Instruksi Bruner
Teori Instruksi Bruner
Pada
bagian ini akan di bahas bagaimana pengajaran atau instruksi
dilaksanakan sesuai dengan teori yang dikemukakan tentang belajar.
Menurut Bruner, suatu teori instruksi (Bruner, 1966) hendaknya meliputi :
1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar.
2. penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
3. Perincian urutan-urutan penyajian meteri pelajaran secara optimal.
4. Bentuk dan pemberian reinfosmen.
1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar
2. penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
3. Perincian urutan-urutan penyajian meteri pelajaran secara optimal.
4. Bentuk dan pemberian reinfosmen.
1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar
Menurut
Bruner, belajar dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan
alternatif-alternatif. Oleh karena itu pengajaran atau instruksi harus
memeprlancar dan mengatur penyelidikan alternatif-alternatif, ditinjau
dari segi siswa.
Penyelidikan alternatif-alternatif membutuhkan aktivitasi, pemeliharaan, dan pengarahan. Dengan kata lain, penyelidikan altenatif-alternatif membutuhkan membutuhkan suatu untuk dapat mulai, sesudah dimulai keadaan itu harus dipelihara atau dipertahankan, kemudian dijaga agar tidak kehilangan arah.
2. Penstukturan Pengetahuan Untuk Pemahaman Optimal
Penyelidikan alternatif-alternatif membutuhkan aktivitasi, pemeliharaan, dan pengarahan. Dengan kata lain, penyelidikan altenatif-alternatif membutuhkan membutuhkan suatu untuk dapat mulai, sesudah dimulai keadaan itu harus dipelihara atau dipertahankan, kemudian dijaga agar tidak kehilangan arah.
2. Penstukturan Pengetahuan Untuk Pemahaman Optimal
Struktur
suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri dan setiap ciri itu
mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri itu ialah
cara penyajian (mode of representation), ekonomi dan kuasa (power). Cara
penyajian, ekonomi dan kuasa, berbeda bila dihubungkan dengan usia
‘gaya’ para siswa dan jenis bidang studi.
Ekonomi
dalam penyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang
dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.
Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari siswa untuk memahami
sesuatu atau untuk menangani suatu masalah, makin banyak
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproses informasi untuk
mencapai suatu kesimpulan dan maki kurang ekonomis.
3. Perincian Urutan-Urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal
3. Perincian Urutan-Urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal
Dalam
mengajar, siswa dibimbing melalui urutan pernyataan-pernyataan dari
suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah
dipelajarinya. Jadi, urutan materi pelajaran dalam suatu domain
pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai
penguasaan. Biasanya ada berbagai urutan yang setara dalam kemudahan dan
kesulitan bagu para siswa. Dikemukakan oleh Bruner, bahwa perkembangan
intelektual bergerak dari penyajian enaktif, melalui penyajian ekonik ke
penyajian simbolik.
4. Bentuk dan Pemberian Reinformasi
Bentuk
hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila
pujian atau hukuman itu diberikan selama proses belajar-mengajar. Secara
intuitif, bahwa selam proses belajar mengajar berlangsung, ada suatu
ketika hadiah eksentrik bergeser ke hadiah intrinsik.
3. Media Yang Digunakan Pada Teori Bruner
Teori
Bruner banyak mengemukakan untuk belajar menemukan, yang mana guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk
(konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan
aturan yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Media yang cocok untuk teori Bruner yakni media dua dimensi adalah semua bentuk gambar yang menampilkan suatu objek. Misalnya gambar, chart, poster, foto dan bahan grafik.
Media yang cocok untuk teori Bruner yakni media dua dimensi adalah semua bentuk gambar yang menampilkan suatu objek. Misalnya gambar, chart, poster, foto dan bahan grafik.
Misalya
bahan grafis yang merupakan media visual non proyeksi yang mudah karena
itu tidak membutuhkan peralatan dan relatif murah. Menurut Brown et. al
(1985) ada lima jenis media grafis yang memiliki keunggulan yang
tinggi yakni graft, chart, diagram, peta atau globe.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri, 1989.Belajar dan Pembelajaran, Jakarta
Budiningsih, Asri, 1989.Belajar dan Pembelajaran, Jakarta
Dahar, Ratna Wilis, 2005, Teori-Teori Belajar, Rineka Cipta, Bandung.
Komentar
Posting Komentar