A. Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
Keterampilan,
baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan
landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum
siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah besar informasi, mereka
harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi
bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara kritis, mereka perlu
menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat
infrensi dari data, dan mengenal ketidakobjektifan dari presentasi.
Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka harus menguasai
pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan
disiplin diri dalam tugas penulisan.
Salah
satu perbedaan yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu
atau pemula dengan pakar ialah bahwa para pakar telah benar-benar
menguasai keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat
menerapkannya dengan presisi dan tanpa difikirkan lagi, walau dalam
situasi baru dan penuh tekanan atau beban.
Pembahasan
materi tentang metode pengajaran langsung menfokuskan pada pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Pendekatan mengajar ini desebut Model Pengajaran Langsung (MPL).
Istilah lain yang juga dipergunakan ialah Pengajaran Aktif (Good
& Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explicit
Instruction (Rosenshine &Stevens, 1986). Meskipun tidak sinonim,
kuliah/ceramah, dan resitasi berhubungan erat dengan model pengajaran
langsung itu.
1. Istilah dan Pengertian
Model
Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berakitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Seperti telah
disinggung pada pemaparan terdahulu bahwa Istilah lain yang biasa
dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instructions.
Adapun
gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran Pengajaran
Langsung (dalam Kardi & Nur, 200: 3) adalah sebagai berikut:
- Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
- Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan
- Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Membahas
masalah belajar, para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua
macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural (Marx & Winne, 1994, dalam Kardi & Nur, 2000:
4).
Pengetahuan Deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tetang sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan lembaga tertinggi, dan anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara pemeilihan dan penetapan anggota MPR.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
2. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran
Pada
model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru
mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Fase |
Peran Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
| Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar. |
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
| Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap |
Fase 3
Membimbing pelatihan
| Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal |
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
| Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik |
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
| Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari. |
Tabel 1. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran langsung
Pada
fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi
materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan
tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada
siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap
keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik
tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa
untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam
situasi kehidupan nyata.
3. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan model pengajaran langsung
Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati
di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail
keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi
serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama
(Kardi dan Nur, 2000: 8).
Menurut
Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat
pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui
memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana.
Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
4. Penelitian tentang Keefektifan Guru
Landasan
penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya,
berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang
empirik yang palin jelas terhadap model pembelajaran langsung berasal
dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan pada tahun
1970-an dan 1980-an.
Penelitian
Stalling dan Kazkowitz (dalam Trianto, 2007: 32) menunjukkan pentingnya
waktu yang dialokasikan pada tugas (Time on task). Penelitian ini juga
menyumbang dukungan empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa
orang guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal,
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang informal.
Stalling
dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah di antara program-program
itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Prilaku guru-guru dalam 166 kelas yang diamati, siswa-siswa dites.
Banyak hal yang dapat diungkap pada penelitian itu, namun ada dua hal
yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan
yang menggunakan metode pengajaran langsung lebih berhasil dan
memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi daripada mereka yang
menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.
Beberapa
hasil penelitian tahun 1970-an, misalnya yang dilakukan oleh Stalling
dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang
terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (Time task ratios) yang
lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan yang kurang
formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang
berhasil, menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur
pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17).
B. Pelaksanaan Pengajaran Langsung
Sebagaimana
halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung
memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari
guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan
pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara
tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran
yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus
pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu
pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Tugas-tugas perencanaan
Pengajaran
langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini
paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan
atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan
jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan
komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.
Beberapa
hal yang dilakukan sekaitan dengan tugas-tugas perencanaan, adalah:
(1) merumuskan tujuan, (2) Memilih isi, (3) Melakukan analisis tugas,
dan (4) Merencanakan waktu dan ruang.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung
Langkah-langkah
pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti
pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai
berikut:
- Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
- Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
- Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
- Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.
- Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
- Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
- Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
- Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.
- Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna
- Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
- Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan
- Mempersiapkan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.
Mengecek pemahaman dan Memberiakan Umpan Balik.
Tahap
ini kadang-kadang juga disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan
beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberi
respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini meruapakan aspek penting
dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan
tidak banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran.
Berbagai
cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan resitasi misalnya
umpan balik secara lisan, umpan balik tertulis dan umpan balik komentar
tertulis.
Memberikan kesempatan latihan mandiri
Pada
tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan
keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan secara pribadi di rumah atau di luar jam pelajaran. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri,
yaitu:
- Tugas yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;
- Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah
- Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.
Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA UNM.
Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem basedinstruc.htm
Ibrahim, Muslimin. Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
I
Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Trianto, S.Pd.M.Pd.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Komentar
Posting Komentar