A. Ruang Lingkup Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan . Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang isinya pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama (Eggen & Kauchak, 1996: 279). Pembelajaran kooperatif
disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar sama-sama, siswa yang berbeda latar
belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda
yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan keterampilan berhubungan dengans sesama manusia yang akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Perbedaan antara pengajaran kelompok belajar kooperatif dengan pengajaran konvensional dapat disaksikan pada tabel berikut ini:
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Konvensional
|
Adanya salin ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
|
Adanya
akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya.
|
Akuntabilitas
individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh
seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan “pemborong”
|
Kelompok
belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan
|
Kelompok belajar biasanya homogen
|
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
|
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketua kelompoknya dengan cara masing-masing.
|
Keterampilan
sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik
secara langsung diajarkan
|
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
|
Pada saat
belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantaun
melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam
kerjasama antara anggota kelompok
|
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
|
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan inter personal (antar pribadi yang saling menghargai)
|
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
|
Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan pembelajaran konvensional
Struktur tujuan
kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka jika hanya
siswa lain dengan siapa mereka bekerjasama mencapai tujuan tersebut.
Tuuan-tujuan pembelajaran ini mencakup 3 (tiga) jenis tujuan penting,
yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2007. Dalam Trianto, 2007:
44).
C. Lingkungan belajar dan Sistem Pengelolaannya.
Pembelajaran
Kooperatif bertitik tolak pada pandangan John Dewey dan Herbert Thelan
(dalam Trianto, 2007: 45) yang menyatakan bahwa pendidikan dalam
masyarakt yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis
secara langsung. Tingkah laku demokratif dipandangnya sebagai dasar
demokrasi, dan sekolah dipandangnya sebagai laboratorium untuk
mengembangkan tingkah laku demokrasi.
Proses
demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan
pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, gurtu menerapkan
struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefenisikan semua prosedur.
Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelolah tingkah laku siswa
dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk
secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya
(Trianto, 2007: 45).
Selain
itu agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan,
dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa
perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterapilan
kooperatif disini dimaksudkan untuk melancarkan peranan hunbungan kerja
dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan perana tugas dapat
dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok. Lungren (dalam Trianto,
2007: 46), menyusun keterampilan-keterampilam kooperatif tersebut secara
terinci dalam 3 tingkatan keterampilan yaitu:
(1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:
- Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya.
- Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok
- Mendorong adanya partisipasi, memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi
- Menggunakan kesepakatan yaitu menyamakan persepsi.
(2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah antara lain:
- Mendengarkan dengan aktif yaitu menggunakan pesan fisik atau verbal sebagai indikator menyerap informasi secara energik.
- Bertanya yaitu meminta penjelasan atau klarifikasi sebuah informasi.
- Menafsirkan, yaitu menyusun sebuah pemahaman terhadap informasi dengan kalimat yang berbeda
- Memerikas ketepatan, membandingkan jawaban, memastikan kebenaran sebuah jawaban.
(3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir. Diantaranya:
- Mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.
Apabila diperhatikan secara
seksama, maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu
dibandingkan dengan model pengajaran lainnya. Arends, 1997 (dalam
Trianto, 2007: 47) menyatakan bahwa, pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar,
- Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
- Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan
- Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Dari uraian tinjauan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 (enam) langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mere ka.
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-amsing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
Tabel 3. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif
E. Beberapa Variasi dalam Model Cooperative Learning
Walaupun
prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa
variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat empat pendekatan yang
seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok
(Teams Games Tournaments atau TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
Berikut ini disajikan perbandingan diantara keempat variasi model pembelajar kooperatif:
STAD
|
JIGSAW
|
Investigasi Kelompok
|
Pendekatan Struktural
| |
Tujuan Kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat tinggi & keterampilan inquiry
|
Informasi akademik sederhana
|
Tujuan Sosial
|
Kerja kelompok dan kerjasama
|
Kerja kelompok dan kerjasama
|
Kerja sama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan kelompok & keterampilan sosial
|
Struktur Tim
|
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 anggota kelompok
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota kelompok, menggunakan pola kelompok “asal”, dan kelompok “ahli”
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota kelompok
|
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan anggota 4-5 orang
|
Pemilihan Topik
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya siswa
|
Biasanya guru
|
Tugas Utama
|
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan & saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
|
Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’ kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
|
Siswa menyelesaikan inquiry kompleks
|
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes mingguan
|
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar pengetahuan & publikasi lain
|
Publikasi lain
|
Lembar pengakuan dan publikasi lain
|
Bervariasi
|
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.
Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA UNM.
Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem basedinstruc.htm
Ibrahim, Muslimin. Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
I
Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Trianto, S.Pd.M.Pd.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Komentar
Posting Komentar